Wednesday, April 13, 2016

Biografi 7 Ahli Sosiologi Indonesia dan Luar Negeri



1. Prof. Dr. Selo Soemardjan
Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan lahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 dan wafat di Jakarta, 11 Juni 2003. Beliau wafat pada umur 88 tahun dan terkenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia. Tidak sedikit buku sosiologi dan anthropologi yang bersumber atau berpegangan kepada buku-buku ia. Nama Selo Soemardjan sangat tidak asing bagi beberapa orang yang menuntut ilmu sosial dan kebudayaan Indonesia.

Prof. Dr. Selo Soemardjan adalah pendiri sekaligus Dekan mula-mula Fakultas Ilmu Wawasan Kemasyarakatan (sekarang

FISIP-UI). Dirinya amat mematuhi peraturan, dan dirinya tidak suka memerintah tetapi suka memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih dan sederhana. Dia tokoh yang memerintah bersama teladan, yang disampaikan oleh pembisnis sukses Soedarpo Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu yang menciptakan mendiang Sultan Hamengku Buwono IX berpesan kepaa putranya Sultan Hamgku Buwono X agar senantiasa mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo Soeemardjan jika berkaitan sosial kemsyarakatan. Dirinya orang yang tak pernah berhenti berfikir dan bertindak. 


Beliau dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya, Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, ialah petinggi di kantor Kasultanan Yogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Selo Soemardjan dapat menempuh pendidikan di Belanda. Nama Selo ia peroleh sesudah menjadi camat di Kab. Kulonprogo. Ini memanglah trik khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama petinggi cocok daerahnya masing-masing. Kala menjabat camat inilah dia merasa memulai kariernya sebagai sosiolog. “Saya yakin camat yang mengalamati penjajahan Belanda, masuknya Jepang, dilanjutkan bersama era revolusi. Masalahnya tidak dikit sama sekali.” Tuturnya di berita harian Kompas. Pengalamannya sebagai camat menjadikan Selo jadi peneliti yang bisa menyodorkan solusi alternatif pemecahan beraneka ragam persoalan sosial dengan cara jitu. Ini yang membedakan Selo dengan peneliti yang lain. Mengenai Sosiologi, beliau berpendapat bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mepelajari struktur sosial dan proses-proses soial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sebagai ilmuwan, karya Selo yang telah dipublikasikan ialah Social Changes in Yogyakarta (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir dirinya menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam wujud piagam, lencana, dan uang.




2. Prof. Dr. Paulus Wirutomo (Sosiolog Pendidikan)

Prof. Dr. Paulus Wirutomo adalah sosiolog dan guru agung FISIP Universitas Indonesia. Dirinya lahir di Solo, 29 Mei 1949, ini menamatkan sarjana sosiologi dari Universitas Indonesia, 1976. Beliau memperoleh S2 bagian Perencanaan Sosial dari University of Swansea Wales, Inggris, 1978 dan S3 bagian Sosiologi Pendidikan dari State University of New York at Albany, USA, 1986.

Ia menjabat sebagai Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI, 2005-2009 dan Ketua Acara Magister Manajemen Pembangunan Sosial Pascasarjana UI, 1997-sekarang.

Menurut Paulus, pengertian pembangunan sosial lebih dari sekedar pembangunan bidang. Dalam pembangunan sosial mesti termuat peningkat hubungan dan jalinan sosial dalam warga. Tidak dengan berjalan mutu interaksi sosial dari langkah pembangunan sosial yang diambil, susah menyampaikan adanya pembangunan sosial.

Tuturnya, bukan cuma pemerintah, tapi sebagian kita tetap mendalami pembangunan sosial itu sekedar charity yang tak menghasilkan uang. “Mengikuti logika pembangunan sosial yang merupakan bidang, sehingga pembangunan sosial ini membutuhkan masukan berupa penyediaan budget, butuh pembiayaan dan mengikuti pemahaman pembangunan sosial juga sebagai charity, sehingga pembangunan sosial itu dianggap juga sebagai suatu langkah yang tak memuahkan apapun atau paling tak output-nya dinyatakan tak membuahkan duit.”katanya.

Bahkan, menurut ahli sosiologi pendidikan itu, pendidikan sama halnya bersama kesehatan dan agama yang dianggap pembagunan sosial, terkadang dianggap sebagai budget yang habis terpakai tidak dengan menghasilkan uang. Padahal, ujarnya, pembangunan pendidikan itu dapat membuahkan peningkatan mutu sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang meningkat inilah yang nantinya diharapkan bakal menjadi pendorong terjadinya peningkatan mutu jalinan sosial.


3. Arief Budiman

Arief Budiman merupakan kakak kandung dari Soe Hok Gie yang wafat dan beliau merupakan tokoh pergerakan mahasiswa. Lahir di Jakarta, 03 Januari 1941, dilahirkan dengan nama Soe Hok Djin, yaitu satu oang aktivis demonstran Angkatan ’66 dengan bersama adiknya, Soe Hok Gie. Di kala itu beliau tetap jadi mahasiswa Fakultas Psikologi Kampus Indonesia di Jakarta. Ayahnya seorang jurnalis yang bernama Soe Lie Piet.

Sejak periode mahasiswanya, Arief telah aktif dalam kancah politik Indonesia. Karena dirinya ikut menandatangani manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang kegiatan LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman. Pada masa Orde Baru, Arief bersikap amat kritis kepada politik pemerintahan dibawah naungan Soeharto yang memberangus oposisi dan seterusnya diperparah bersama praktik-praktik korupsinya.

Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya mencetuskan yang namanya Golput atau Golongan Putih, yang merupakan tandingan Golkar yang dianggap membelokkan harapan awal Orde Baru buat pemerintahan yang demokratis. Belakangan Arief “mengasingkan diri” di Harvard dan membawa gelar Ph.D. dalam ilmu sosiologi disertai berkenaan kesuksesan pemerintahan sosialis Salvador Allende di Chili.

Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Kampus Kristen Satya Wacana) di Salatiga. Saat UKSW dilanda kemelut yang bekerpanjangan lantaran pemilihan rektor yang dianggap tidak adil. Akhirnya Arief berhenti mengajar, dipecat dan hengkang ke Australia kemudia menerima penawaran jadi profesor di Kampus Melbourne.

Pada bulan Agustus 2006, dirinya menerima penghargaan Bakrie Award, program tahunan yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute buat bagian penelitian sosial. Pasca kerusuhan Mei 1998, bersama istrinya Leila Ch. Budiman bermukim dan mengajar di Kampus Melbourne, Australia.



4. Auguste Comte
Auguste Comte yang lahir di Montpililer, Perancis pada 19 Janurari 1798, adalah anak seorang bangsawan yang berasal dari keluarga berdarah Katolik. Namun ditengah perjalanan hidupnya, Comte tidak menunjukkan loyalitasnya terhadap kebangsawannya juga kepada Katoliknya dan hal tersebut merupakan pengaruh suasana pergolakan sosial intelektual dan politik pada masanya.

Pada tahun 1844, Comte bertemu dengan seorang

Perempuan yang bernama Clotilde de Vaux. Walaupun Comte sangat mencinainya hingga akhir hayat Clotilede tidak pernah menerima cinta Comte karena sudah memiliki suami, walau suaminya jauh dari Cloilde. Akhirnya Clotilde wafat pada tahun 1846 karena penyakit yang menyebabkan tipis harapan sembuhnya dan Clotilde masih terpisah dengan suaminya.

Pada tahun 1857, Comte wafat dikarenakan mengalami gangguan jiwa dan dimakamkan di Cimetere du pere Lachaise.

Auguste Comte, melihat perubahan-perubahan yang disebabkan adanya ancaman terhadap tatanan sosial, Comte menganggap bahwa perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti berkembangnya dekromatisasi dalam masyarakat tetapi juga berdampak negatif. Salah satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat. Menurut Comte, konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam masyarakat Perancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnya Revolusi Pernacis, masyarakat Perancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala sosial. Namun, Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah ilmu. Ia hanya mmberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah “Sosiologi”. Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sosiological Method. Meskipun demikian atas jasanya terhadap lahirnya Sosiologi Suguste Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi.


5. Albion Woodburry Small
Albion Woodblurry Small lahir pada tanggal 11 Mei 1584 di Buckfield, Maine. Ia pernah bersekolah di Andover Newton Theological School pada tahun 1867-1879. Setelah lulus dari Andover Newton Theological School, Albion Woodburry Small melanjutkan pendidikannya di Universitas Leipzig dan Universitas Berlin. Ia mempelajari tentang sejarah, ekonomi sosial dan politik.

Pada tahun 1888-1889, Albion Woodburry Small belajar sejarah di John Hopkins University di Balimore, maryland. Pada waktu yang sama Albion woodburry Small juga mengajar di Universitas Colby. Pada tahun 1892, ia mendirikan Departemen Sosiologi yang pertama di Universitas Chicago. Ia memimpin departemen ini selama 30 tahun lebih. Pada tahun 1895, ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul “The American Journal Of Sociology” yang berisikan tentang catatan ilmu kemasyarakatan orang Amerika. Ia sangat sangat berpengaruh dalam penempatan sosiologi sebagai bidang ilmu yang diakui untuk studi akademis. Albion menjabat sebagai sejahrawan sosiologi. Karya beliau yang menjadi bagian terpenting dibandingkan semua karya yang telah dihasilkannya adalah “General Sosiology” yang berarti ilmu kemasyarakatan umum. Beliau wafat pada tanggal 24 Maret 1926 di Amerika Serikat.

Sosiologi menurut Albion Woodburry Small adalah kepentingan berada di tangan manusia pribadi maupun kelompok dan dapat dikategorikan kedalam masalah-masalah seperti kesehatan, kekayaan, pengetahuan, keindahan, kebenaran dan sebagainya. Masyarakat dianggap sebagai hasil kgiatan manusia untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya.


6. George Simmel
Simmel lahir di kota Belin, Jerman, pada tanggal 1 Maret 1858, beliau 7 bersaudara dan beliau merupakan filosof dan sosiolog. Ayahnya adalah pengusaha sukses dari Yahudi yang beraliran katolik, sdangkan ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Ayahnya meninggal saat Simmel masih muda lalu Julius Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan ditunjuk sebagai walinya. Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit internasional.

Julius meninggalkan kekayaan untuk Simmel yang dapat digunakannya untuk bersekolah hingga sarjana. Setelah lulus dari kuliah gymnasium, ia mempelajari sejarah dan filsafat di University of Berlin dengan tokoh lain dan memperoleh gelar doctor filsafat pada tahun 1881 (dengan tesisnya “The Nature of Master According to Kart’s Physical Monocology”).

Sosiologi menurut Simmel adalah ilmu pengetahuan khusus yang merupakan satu-satunya ilmu analisis yang abstrak diantara semua ilmu kemasyarakatan. Secara spesisifik sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kedinamisan bentuk proses kebudayaan yang menekankan hubungan interaksi sosial antar individu atau antar masyarakat dimana keduanya adalah unsur yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.


7. Ibnu Khaldun

Sejarawan dan Bapak Sosiologi Islam ini berasal dari Tunisia. Ia keturunan Yaman dengan nama lengkapnya Waliuddin bin Muhammad bin Abu Bakar Muhammad Al Hasn. Namun ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Keluarganya berasal dari Hadramaut (sekarang Yaman) dan silsilahnya ampai pada seorang sahabat Nabi Muhammad

SAW. Bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah, salah seorang cucu Wail, Khalid bin Usman, memasuki daerah Andalusia bersama orang-orang Arab penakluk pada tahun tahun ke-3H (9M). Anak cucu Khalid bin Usman membentuk satu keluarga besar bernama Bani Khaldun, dari bani inilah asal nama Ibnu Khaldun.

Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada tanggal 27 Mei 1332 M (1 Ramadhan 732 H) tetapi sebenernya ia dari Seville, Spanyol. Sejak kecil ia sudah hafal Al-Qur’an. Di tanah kelahirannya itu ia mempelajari syari’at (tafsir, hadist, tauhid, fiqih) fisika dan matematika. Saat itu Tunisia telah menjadi pusat perkembangan ilmu di Afrika Utara.

Sejak usia muda ia telah mengikuti kegiatan politik praktis. Situasi politik yang tidak menentu di Tunisia menyebabkan Ibnu Khaldun melakukan pengembaraan dari Maroko sampai Spanyol.Pada tahun 1375 beliau pindah ke Granada, Spanyol. Karena keadaan politik Granada tidak stabil ia menetap di Qal’at Ibnu Salamah di daerah Timisan, ibukota Maghrib Tengah (Aljazair) dan meninggalkan dunia politik praktis.

Menurut Ibnu Khaldun, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang solidaritas sosial. Teori pokoknya dalam sosiologi umum dan politik adalah konsep ashabiyah (solidaritas sosial). Asal-usul solidaritas sosial adalah ikatan darah yang disertai kedekatan hidup bersama. Hidup bersama juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat dengan ikatan darah.




Sumber :

http://jejaringsosiologi.blogspot.co.id/2012/06/biografi-selo-soemardjan.html

http://www.biografitokoh.webcam/2015/04/biografi-profil-dan-tokoh-sosiologi.html

http://jadiberita.com/9717/7-tokoh-paling-berpengaruh-dalam-ilmu-sosiologi.html

No comments:

Post a Comment

Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK )

Pertanyaan dan Jawaban Kelompok 8 1. Apakah boleh atau bisa memecat atau PHK secara sepihak tanpa ada peringatan terlebih dahulu ? J...